Ketika sedang mengamati indahnya langit malam, pernahkah Anda
bertanya-tanya tentang kekosongan pada ruang antar bintang. Apakah sama
sekali tidak ada apa-apa di sana? Benarkah di alam semesta seluas ini,
dengan jarak antar bintang yang berkisar ribuan atau bahkan) jutaan
tahun cahaya, hanya diisi ruang kosong? Kalau Anda pernah menanyakan hal
tersebut, tahukah Anda apa jawabannya?Sebenarnya,
ruang antar bintang itu tidak kosong. Materi antar bintang
(interstellar matter) adalah sebutan untuk pengisi kekosongan itu. Lalu,
seberapa penting keberadaan materi antar bintang (MAB)? Sebenarnya
penting sekali, karena sifat materi penyusunnya mempengaruhi apa yang
kita pelajari dalam astronomi. Dengan mempelajari MAB, kita jadi tahu
bagaimana MAB meredupkan, memerahkan, atau bahkan menghalangi cahaya
bintang. Selain itu juga MAB memberikan petunjuk mengenai komposisi
materi pembentukan bintang, karena bintang lahir dari MAB ini. Artikel
kali ini hanya akan membahas pengaruh MAB terhadap cahaya bintang.
Secara umum terdapat dua jenis penyusun materi antar bintang, yang
pertama adalah debu antar bintang dan yang kedua adalah gas.
Masing-masing jenis materi ini memberikan pengaruh yang berbeda ketika
diamati. Berikut ini akan saya bahas masing-masing dalam dua poin besar.
A. Debu Antar Bintang
Materi ini jauh lebih kecil kelimpahannya dibandingkan dengan gas
antar bintang, namun pengaruhnya terhadap berkas cahaya visual lebih
besar. Hal ini disebabkan ukuran partikelnya yang besar (dalam orde
1/1000 mm), bandingkan dengan panjang gelombang cahaya tampak (1/20000
mm), sehingga materi ini cenderung untuk menyerap dan menghamburkan
berkas cahaya. Debu antar bintang ini tersusun dari partikel-partikel
es, karbon, atau silikat. Karakteristik debu ini menghasilkan bermacam
efek terhadap cahaya bintang, yang akan dijelaskan sebagai berikut.
i. Nebula Gelap
Ada daerah tertentu di ruang antar bintang yang memiliki kepadatan
debu yang sangat tinggi, sehingga cukup untuk menjadi awan (nebula) yang
kedap cahaya. Walaupun kepadatan partikelnya masih jauh lebih rendah
dari pada di Bumi, namun besarnya awan ini mengakibatkan terhalangnya
cahaya bintang. Celah gelap memanjang di daerah Cygnus dan Horsehead
Nebulae (Kepala Kuda) di Orion adalah contoh nebula gelap, yang
menghalangi datangnya berkas cahaya bintang ke arah pengamat.
ii. Efek Redupan
Sekumpulan kecil debu selain di nebula gelap dapat juga memberikan
efek meredupnya cahaya bintang sekitar 1 magnitudo setiap 1 kiloparsek
yang ditempuh cahaya tersebut. Hal ini memunculkan permasalahan ketika
akan ditentukan jarak sebuah bintang. Karena dalam menentukan jarak,
diperlukan perbandingan antara magnitudo semu dan mutlak. Harga
magnitudo semu yang didapat akan mengalami kesalahan akibat dari efek
redupan tersebut, sehingga menyebabkan kesalahan pada nilai jarak
bintang. Untuk mengatasinya, perlu diketahui terlebih dahulu seberapa
besar efek redupan yang dialami cahaya bintang tersebut.
iii. Efek Pemerahan
Penghamburan berkas cahaya tidak sama di semua panjang gelombang.
Karena ukuran partikel debu yang kecil, maka hanya gelombang
elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang yang pendek yang lebih
terkena efek penghamburan ini. Artinya, hanya cahaya ungu dan biru yang
paling terkena efeknya. Sementara merah dan jingga tidak mengalami
halangan yang berarti ketika melintasi debu antar bintang. Akibat dari
kekurangan cahaya ungu dan biru ini, cahaya yang sampai di Bumi akan
tampak merah. Hal inilah yang disebut sebagai efek pemerahan.
iv. Nebula Pantulan
Hamburan oleh debu antar bintang, terutama cahaya biru, terkadang
menerangi daerah di sekitarnya. Akibatnya, awan debu antar bintang ini
akan tampak biru karena cahaya bintang di belakangnya melintasi awan
debu ini. Contoh dari nebula pantulan ini adalah gugus bintang Pleiades
di Taurus serta Trifid Nebulae di Sagittarius.
B. Gas Antar Bintang
Materi utama penyusun gas antar bintang ini adalah Hidrogen dengan
sedikit Helium. Kepadatan gas dalam suatu ruang antar bintang biasanya
mencapai 1 atom/cm3 , sementara di beberapa tempat, kepadatan partikel
gas antar bintang dapat mencapai 105 atom/cm3 . Namun kerapatan ini
masih jauh lebih rendah daripada kepadatan gas di Bumi, 1019 atom/cm3.
Nebula gas ini dibagi dua, daerah H I dan H II.
i. Daerah H II, Nebula Emisi
Jika bintang muda dan panas (golongan B dan O) terletak dekat dengan
nebula gas, maka pancaran ultraviolet dari bintang tersebut akan
mengionisasi gas hidrogen yang terkandung di dalam nebula itu. Ketika
inti atom hidrogen menangkap elektron yang lain, pada saat yang
bersamaan dipancarkan pula radiasi elektromagnetik, dalam panjang
gelombang cahaya tampak. Akibatnya, cahaya uv dari bintang diubah
menjadi cahaya tampak oleh nebula gas ini. Jika dilihat spektrumnya,
nebula ini memberikan garis emisi. Contoh nebula jenis ini adalah Nebula
Orion di daerah pedang Orion, Nebula Lagoon dan Nebula Trifid di
Sagittarius.
Ada dua macam lagi nebula emisi yang berbeda dengan yang disebut di
atas. Kedua macam nebula ini dibentuk dalam evolusi bintang. Yang
pertama adalah planetary nebula, yaitu ketika sebuah bintang berada
dalam evolusi tahap akhirnya, melontarkan selubung gas yang didorong
dari bintang akibat tekanan dalamnya. Selama proses ini, gelombang uv
dari bintang meradiasi selubung tersebut, sehingga terjadi peristiwa
yang sama seperti penjelasan sebelumnya. Akibatnya terlihat sebuah
bintang di tengah-tengah awan gas. Contoh planetary nebula jenis ini
adalah Nebula Cincin di Lyra.
Yang kedua adalah sisa ledakan supernova. Gas yang tersisa setelah
ledakan bintang (supernova) menerima pancaran energi dari pusat nebula.
Contohnya, Cygnus Loop.
ii. Daerah H I, Awan Hidrogen Netral
Di daerah awan gas ini, tidak ada sumber gelombang uv yang dapat
mengionisasi hidrogennya. Awan ini gelap, dingin dan transparan.
Pengamatan objek ini bergantung pada sifat yang dimiliki oleh inti atom
hidrogennya.
Diketahui bahwa pada elektron dan inti pada sebuah atom memiliki
momentum spin. Keduanya dapat memiliki spin yang searah atau berlawanan.
Dalam keadaan spin searah, atom memiliki tingkat energi yang lebih
tinggi daripada spin berlawanan. Jika sebuah atom berada dalam keadaan
spin searah, maka setelah 106 tahun atom tersebut akan berubah ke
tingkat energi yang lebih rendah ( spin berlawanan ). Proses ini,
disebut ’’electron spin flop’’, akan menghasilkan pancaran energi
kuantum dengan panjang gelombang setara dengan gelombang radio, 21 cm.
Maka, pengamatan yang telah dilakukan pun lebih banyak dilakukan oleh
astronom radio.
iii. Molekul antar bintang
Pengamatan radio telah menghasilkan penemuan sejumlah senyawa dalam
sebuah awan gas. Hal ini dapat diketahui dari sifat energi
elektromagnetik yang dipancarkan maupun diserap oleh awan gas tersebut.
Diantara yang diketahui adalah molekul-molekul organik, molekul yang
menjadi dasar kehidupan.. Beberapa diantarnya adalah hidroksil radikal,
amonia, air, metil alkohol, metil sianida, formaldehid, hidrogen
sianida, dan karbon monoksida. Kelimpahan molekul-molekul ini jauh lebih
kecil dari hidrogen.
0 komentar:
Post a Comment
Komentar yang baik akan diterima secara baik juga